Sifat sistemik di dalam Aspril 100 SC membuat pengendalian rayap lebih mudah dilakukan. Karena rayap yang terkena racun saling bersentuhan dengan rayap lain sehingga dapat mengurangi populasinya.
Serangan rayap di perkebunan sawit seringkali dijumpai baik di tanaman muda dan telah menghasilkan, sebab terdapat sumber makanan yaitu kayu atau bahan yang terdiri dari selulosa. Ada dua jenis rayap yang dijumpai di kebun yaitu Coptotermes Curvignathus Holmgren dan Macrotermes Gilvus Hagen. Hewan dari ordo Isoptera ini akan menyerang batang, akar dan pelepah daun yang telah mati dan masih hidup. Dampak terparah yang ditimbulkan yaitu tanaman mudah tumbang bahkan mematikan.
Rayap dikenal sebagai binatang yang hidup berkoloni dan terbagi atas tiga kasta yaitu rayap pekerja, tentara, dan ratu. Rayap ratu mempunyai peranan utama di bagian reproduksi anggota rayap. Rayap pekerja yang bertugas memakan jaringan batang, pelepah, akar, dan daun, selain bekerja untuk membuat sarang. Apabila ada gangguan, tugas rayap tentara untuk melindungi anggotanya dengan mengeluarkan cairan putih.
Jumlah populasi rayap sangat bergantung besar kecilnya rumah rayap. Umumnya, satu rumah rayap dikuasai satu ratu. Ratu itu berada di tengah rumah yang tempatnya itu susah ditembus. Tingkat serangan rayap tertinggi mencapai lebih dari 5% dari populasi pokok dalam satu hektare kebun.
Freddy Panjaitan, Sales Executive PT Agro Sejahtera Indonesia, menyebutkan rayap dapat ditemukan pada lahan mineral dan gambut. Rayap yang menyerang tanaman di kebun berlahan mineral ditandai adanya gundukan tanah yang kian meninggi dan padat. Di lahan gambut, rayap biasanya menyerang pucuk tanaman sehingga membuat tanaman mati.
“Saat musim hujan, penyebaran rayap lebih cepat karena mereka akan naik ke atas tanah. Sehingga, dapat merusak tanaman. Kemunculan rayap ditandai dengan banyak laron atau calon ratu di kebun. Indikasi lain adalah larikan tanah mesti diwaspadai pekebun,” ujarnya.
PT Agro Sejahtera Indonesia (Asterindo) memahami kebutuhan pekebun dalam pengendalian rayap dengan merilis produk bernama Aspril 100 SC. Demi memperoleh produk berkualitas tinggi, perusahaan sudah melakukan ujicoba selama setahun, di perkebunan besar dan swasta nasional.
Produk ini berbahan aktif Fipronil yang kandungannya lebih tinggi dibandingkan insektisida lainnya. Aspril 100 SC bersifat sistemik, berdaya racun kontak, dan lambung.
Freddy Panjaitan menuturkan sistem kerja sistemik sangatlah cocok digunakan dalam menekan populasi rayap di kebun. Rayap yang telah terkena racun tidak langsung mati supaya dapat bersentuhan dengan rayap lainnya. Karena dengan pola hidup koloni dari rayap ini, akan memudahkan penyebaran racun. “Rayap itu suka menjilat bagian tubuh dari temannya. Harapannya, satu koloni akan mati dengan produk ini,” ujar Freddy.
Ditambahkannya, berdasarkan pengalaman di lapangan rayap akan mati dalam jangka waktu tiga hari setelah terkena racun. Harapannya, setelah rayap pekerja terkena racun dapat menular kepada rayap ratu yang menjadi fokus utama. Racun dalam bahan aktif Fipronil akan menyerang lambung rayap.
Menurut Freddy, dengan banyaknya bahan aktif lebih efektif dan efisien untuk mengendalikan rayap. Hal inilah yang akan berpengaruh kepada biaya yang dikeluarkan pekebun akan hemat 20%-30%.
Baik tanaman muda dan tanaman menghasilkan yang terserang rayap, maka akan disemprot produk ini dengan konsentrasi 0,5 s/d 1,5 ml per liter air. Disemprotkan sebanyak 3 – 5 liter per pokok.
Namun, kata Freddy, seberapa banyak larutan ini dibutuhkan per hektare, sangat bergantung kepada serangan rayapnya pula. Kegiatan penyemprotan ditujukan kepada pohon yang terserang mulai dari pangkal sampai ke atas batang pohon yang tingginya antara 50 cm-100 cm dari permukaan tanah.
Selain itu dapat pula dilakukan penyemprotan sampai basah untuk radius 50 cm- 100 cm dari pangkal pohon yang terserang tanpa harus membongkar. “Paling susah itu kalau tanaman yang telah berumur di atas 10 tahun lalu terserang rayap. Karena cukup sulit untuk menjangkau sampai ke pucuk tanaman,” jelas Freddy.
Produk Aspril 100 SC sudah didistribusikan ke seluruh daerah di Indonesia. Isi kemasan Aspril 100 SC terdiri dari empat jenis yaitu 10 ml, 80 ml, 400 ml, dan 2 liter. Freddy Panjaitan mengungkapkan sangat optimis produknya dapat diterima pembeli karena daya rusak dari rayap tidak dapat dipandang sebelah mata. Umumnya, serangan rayap akan tinggi di kala musim penghujan.
Supaya dapat merebut hati konsumen, jelas Freddy, layanan purna jual diberikan secara optimal. Hal inilah yang menjadi kelebihan dari PT Asterindo. “Kami tidak semata-mata jual saja tetapi purna jual juga diutamakan,” imbuh Freddy.
Menurutnya, secara umum penjualan dilakukan pada pasar bebas adapula kepada sektor perkebunan, hutan tanaman industri, dan pulp. Dari segi peluang, produk ini akan dapat diterima dengan baik oleh pembeli.
Freddy menjelaskan dari percobaan terbaru ternyata produk ini dapat digunakan sebagai pengendali ulat kantung. Kendati demikian, kegunaan ini masih dalam proses pengembangan pengujian untuk mednapatkan nilai efektif, efisien dan tidak menggangu tanaman. Selama ini pengendalian ulat kantung secara memakai tepung (WP) tetapi penggunaan Aspril 100 SC yang berbentuk cair akan memudahkan pekebun. (Qayuum)