PT Agro Sejahtera Indonesia (Asterindo) memiliki produk pengendali ulat api dengan bahan aktif Sipermetrin. Membantu efisiensi biaya di kebun.
Sethotosea Asigna adalah salah satu jenis ulat api kerap menyerang tanaman khususnya daun tanpa kenal waktu. Penyebabnya, sumber makanan sudah tersedia di perkebunan. Kendati, serangan ulat api tidak mematikan tanaman tetapi akan berdampak kepada penurunan produktivitas hasil panen. Itu sebabnya, keberadaan ulat api dinilai serius oleh kalangan planters.
Astertrin 250 EC adalah produk insektisida yang diproduksi PT Agro Sejahtera Indonesia untuk mengendalikan populasi ulat api di perkebunan sawit. Freddy Panjaitan, Sales Executive PT Agro Sejahtera Indonesia, mengatakan Astertrin 250 EC memiliki formula Sipermetrin dengan konsentrasi tinggi yang sebesar 250 gram per liter. “Boleh dikatakan jumlah ini sangat tinggi dibandingkan produk insektisida lain yang dipakai sebagai pengendali ulat api,” ujarnya.
Menurut Freddy, tingginya kandungan bahan aktif ini bertujuan membantu efisiensi pemakaian insektisida, yang nantinya akan membantu penghematan biaya. Selain itu pula, racun cepat bekerja menekan populasi ulat api. Sifat racun ini adalah kontak dan lambung.
Dengan kandungan Sipermetrin tersebut, racun akan mengakibatkan hama kejang-kejang sehingga mengganggu saraf hama, setelah terjadinya penghambatan saluran natrium impuls saraf. Terganggunya saraf akan menyebabkan hama ulat api mati.
Hama yang terkena larutan Astertrin 250 EC akan mati dalam hitungan menit. Kemampuan ini tidak terlepas dari efek knockdown produk ini. Selain itu, Astertrin 250 EC dapat dipergunakan untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) kelapa sawit.
Kalangan planters tidak perlu khawatir dalam aplikasi Astertrin 250 EC karena mudah dilakukan lewat dua metode. Pertama, memakai handsprayer/knapsack/mist blower yang berdasarkan ujicoba, dosis 250 cc per hektare dengan konsentrasi 0,05 – 0,07% (7,5 – 100 cc/15 liter air). Tingkat kematian hama dapat mencapai 90%-95%.
Kedua,dipakai fogging yang dari uji coba dosis 250 cc per hektare dengan konsentrasi 5% dan kecepatan jalan 2 km/ jam. Fogging ini memakai alat berkapasitas solar 5-6 liter. Kematian ulat api setelah 3 hari dapat mencapai 89%-92%.
Tetapi di perkebunan sawit, cara fogging adalah alternatif terakhir dalam mengendalikan ulat api karena berpotensi membunuh musuh alami dan binatang menguntungkan lainnya. “Alternatif lain dipakailah metode penyemprotan. Tapi metode ini juga mempunyai kelemahan karena sulit menjangkau bagian atas tanaman khususnya tanaman yang sudah menghasilkan (tinggi),” ujarnya.
Kendati konsentrasi tinggi, Astertrin mempunyai kelebihan untuk aplikator tidak merasa pedih di mata dan sesak saat aplikasi (foging), meski demikian, menurut Freddy, aplikator tetap harus mengikuti aturan lewat penggunaan peralatan keamanan kerja (APD) antara lain masker, baju mantel, helm, sepatu boots, sarung tangan, senter dan kacamata.
Dalam penjualan produk ini, PT Agro Sejahtera Indonesia berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Untuk itu, ujar Freddy, pihaknya siap menerima keluhan atau saran dari konsumen terhadap produknya. Misalkan terjadi masalah di lapangan,perusahaan tidak segan-segan datang ke kebun sawit pembeli untuk mengetahui masalahnya.
“Hasil kerja produk kami ini siap dievaluasi asalkan dilakukan bersama-sama dengan konsumen, dan sesuai rekomendasi yang telah dianjurkan,” papar Freddy.
Guna membangun hubungan yang baik, perusahaan tidak segan-segan memberikan rekomendasi kepada konsumen lainnya terkait aspek teknis pengendalian hama.
“Diharapkan dengan cara ini, konsumen akan senang bekerjasama dengan kami. Jadi,kami berupaya tidak sekadar menjual produk saja,” kata Freddy.
Saat ini, pemasaran Astertrin 250 EC sudah menjangkau ke berbagai daerah di Indonesia. Produk insektisida telah dikenal di sektor perkebunan kakao dan palawija. Ke depan, perusahaan optimistis pekebun dari sektor pertanian dan perkebunan dapat menerima produk ini dengan berbagai nilai tambah yang dimilikinya. (Qayuum Amri)